Minggu, 01 Juli 2012
Selasa, 19 Juni 2012
Kendalikan Tikus dengan PHTT
Tikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di Indonesia. Penyerangannya dilakukan sejak padi di persemaian sampai panen, bahkan tikus sawah pun menjadi hama di gudang penyimpanan padi.
Rata-rata tingkat kerusakan pada tanaman padi yang diakibatkan serangan hama tikus sawah mencapai 17% per tahun. Permasalahan ini antara lain disebabkan pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan (karena lemahnya monitoring), sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat.
Disamping itu pemahaman petani mengenai informasi aspek dinamika populasi tikus, yang menjadi dasar dalam pengendalian juga masih kurang. Kecenderungan petani masih kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian tikus, organisasi pengendalian yang masih lemah, dan pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan meningkatnya hama tikus sawah.
Tidak kalah penting adalah masih banyak petani yang mempunyai ”persepsi mistis”. Di lingkungan masyarakat Jawa, biasanya bila petani melihat tikus, tidak boleh menyebut tikus tetapi disebutnya ”den bagus”. Padahal, pada hakekatnya hal tersebut dapat menghambat dalam usaha pengendalian tikus itu sendiri.
Melihat kondisi di atas, maka perlu Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Strategi PHTT dilaksanakan berdasarkan pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Disamping itu kegiatan pengendalian diprioritaskan pada waktu sebelum tanam (pengenalian dini), untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadium generataif padi; dan pelaksanaan pengenalian dilkukan olehpetani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi dalam cakupan skala luas (hamparan).
Setidaknya ada sembilan cara pengendalian hama tikus sawah. Pertama,tanam dan panen serempak. Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus. Cara kedua adalah Sanitasi habitat. Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.
Cara yang ketiga adalah Gerakan bersama (gropyokan massal). Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanam melibatkan seluruh petani. Gunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan, pengoboran malam, perburuan dengan anjing, dan sebagainya. Keempat, lakukan Fumugasi/pengemposan. Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
Selain itu, dapat menerapan Trap Barrier System (TBS). TBS dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 x 20 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha. Cara lainnya ialah Penerapan Linier Trap Barrier System (LTBS). LTBS berupa bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3 malam.
Cara lainnya ialah dengan memanfaatan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain. Rodentisida, yang merupakan cara kedelapan ini, digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan. Terakhir, cara pengendalian lokal lainnya dengan memanfaatkan cara pengendalian tikus yanga biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya.
Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar.
Sumber : BB Padi
TIKUS
HAMA TANAMAN PADI YANG SUSAH DIKENDALIKAN
Tanaman padi yang kena serangan tikus
Pengendalian Hama dgn Perangkap
Tingkah laku tikus yg sdg mencari makanan
Tikus Lagi Mejeng
Minggu, 17 Juni 2012
Insektisida
No Pendaftaran: RI.3501/4-2009/T
Bahan Aktif: Dimehipo 500g/L
Insektisida racun kotak dan lambung berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk mengendalikan hama wereng coklat Nilaparvata lugens dan penggerek batang Scirpophaga incertulas pada tanaman padi.
Bahan Aktif: Dimehipo 500g/L
Insektisida racun kotak dan lambung berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk mengendalikan hama wereng coklat Nilaparvata lugens dan penggerek batang Scirpophaga incertulas pada tanaman padi.
Keunggulan STUNTMAN 500SL
- Bahan aktif dimehypo lebih tinggi (dimehypo 500gr/l) sehingga mengendalikan hama lebih cepat, tepat dan ampuh
- Bekerja sebagai Racun Kontak, lambung dan sistemik
- Bersifat Ovicidal terhadap kelompok telur HPBP, HPP, Wereng dan golongan Lepidoptera
- Sesuai dengan metoda SL PHT, karena STUNTMAN 500 SL aman erhadap musuh alami, lebah dan ikan
- Pestisida non Karsinogenik
Tanaman | Hama Sasaran | Cara aplikasi dan dosis atau konsentrasi formulasi | Waktu Penggunaan |
Padi | Wereng coklat Nilaparvata lugens | Penyemprotan volume tinggi: 0,25 – 0,5 ml /l | Apabila ditemukan rata-rata > 20 ekor / rumpun atau 1 ekor/ tunas |
Penggerek batang Scirpophaga incertulas | Penyemprotan volume tinggi: 0,75 – 1,5 l/ha | Apabila populasi atau intensitas serangan telah mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi setempat. Jika belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang. |
Pesan Sekarang!
Viper 600 EC - Coming Soon
No Pendaftaran: RI.01010120124267
Bahan Aktif: Profenofos 540 g/l + Sipermetrin 60 g/l
VIPER 600 EC adalah Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk larutan berwarna kuning kecoklatan dapat diemulsikan dengan air untuk mengendalikan hama ulat grayak Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah.
Bahan Aktif: Profenofos 540 g/l + Sipermetrin 60 g/l
VIPER 600 EC adalah Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk larutan berwarna kuning kecoklatan dapat diemulsikan dengan air untuk mengendalikan hama ulat grayak Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah.
Keunggulan VIPER 600 EC
- Mudah diaplikasikan/penyemperotan dapat dicampur dengan lain seperti kebiasaan petani
- Bekerja sebagai racun kontak, lambung dan sistemik
- Spektrum Luas
- Efektif mengendalikan hama ulat grayak pada bawang merah
- Efektif pada dosis rendah
- Ekonomis bagi petani
- http://www.ria-indo.com/id/produk.php
Copyright © 2012 PT.RIA INDO AGRI. All Rights Reserved. Design by SmileDesign
PENGGOLONGAN JENIS DAN BAHAN AKTIF PESTISIDA YANG TERSEDIA
AKARISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Propargit Omite 570 EC
Dikofol Kelthane 200 EC
Tetradifon Tedion 75 EC
Piridaben Samite 135 EC
BAKTERISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Streptomisin sulfat Agrept 20 WP
Plantomycin 7 SP
Bactomycin 15/5 WP
Oksitetrasiklin Bactocyn 150 AL
FUNGISIDA
Tembaga hidroksida Cobox
Funguran 80 WP
Kocide 77
Tembaga oksiklorida Cupravit
Tembaga oksi sulfat Kuproxat 345 F
Belerang Belvo
Kumulus 80 WDG
Metalaksil Rampart 25 WP
Saromyl 35 SD
Starmyl 25 WP
Validamisin A Validacin 3 AS
Benomil Benlok 50 WP
Benstar 50 WP
Masalgin 50 WP
Karbendazim Delsene MX 80 WP
Metil tiofanat Topsin M 70 WP
Iprodion Rovral 50 WP
Iminoktadin tris Belkute 40 WP
Epoksikonazol Opus 75 EC
Maneb Detanneb 80 WP
Phycozan 70 WP
Pilaram 80 WP
Promaneb 80 WP
Metiram Polycom 80 WP
Tiram Tiflo 80 WP
Ziram Ziflo 90 WP
Mankozeb Actozeb 80 WP
Amcozeb 80 WP
Antila 80 WP
Bazoka 80 WP
Detazeb 80 WP
Dithane M-45
Indothane 80 WP
Manzate 200
Manteb 80 WP
Nitan 80 WP
Polaram 80 WP
Raksasa 80 WP
Sidazeb 80 WP
Tanzeb 80 WP
Victory 80 WP
Victory mix 8/64 WP
Vondozeb 80 WP
Fenamidon Pitora 10/50 WG
Klorotalonil Daconil 500 F
Daconil 75 WP
Octanil 75 WP
Wendry 75 WP
Propamokarb- Previcur-N
Hidroklorida
Propineb Antracol 70 WP
Aurora 70 WP
Supracol 70 WP
Iprovalikarb Melody Duo 66,8 WP
Dimetomorf Acrobat 50 WP
Asibenzolar-s-metil Bion-M 1/48 WP
Bupirimat Nimrod 250 EC
Fenarimol Rubigan 120 EC
Azoksistrobin Amistar top 325 SC
Mefenoksam Ridomil Gold MZ 4/64 WG
Ridomil Gold 350 ES
Fenbukonazol Indar 240 F
Heksakonazol Anvil 50 SC
Danvil 50 SC
Heksa 50 SC
Propikonazol Golex 250 EC
Tebukonazol Folicur 250 EC
Folicur 25 WP
Triadimefon Bayleton 250 EC
Clinten 250 EC
Flusilazol Nustar 400 EC
Asam fosfit Folirfos 400 AS
Difekonazol Amistartop 325 SC
Score 250 EC
Simoksanil Curzate 8/64 WP
Curci 10 WP
Victory Mix 8/64 WP
Dazomet Basamid G
Tricoderma Anfush
HERBISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Parakuat diklorida Bravoxone 276 SL
Gramoxone
Kingquat 280 SL
Noxone 297 AS
Oksifluorfen Goal 2 EC
Gol-ok 2 EC
Kalium MCPA Agroxone 4
Rambasan 400 AC
2.4-D dimetil amina Indamin 720 HC
Iso propil amina glifosat Amiphosate 480 SL
Basmilang 480 AS
Bionasa 480 AS
Bio Up 490 SL
Indofos 480 AS
Konup 480 SL
Proris 240 AS
Penta up-z
Rambo 480 AS
Crash 480 AS
Roll-up 480 SL
Roundup 486 AS
Sandoup 480 SL
Sidafos 480 AS
Mono ammonium glifosat Bionasa 75 WSG
Metil metsulfuron Ally 20 WDG
Allyplus 77 WP
Metafuron 20 WDG
Triasulfuron Logran 20 WG
INSEKTISIDA
Emamektin benzoate Proclaim 5 SG
Prothol 10 EC
Abamectin Agrimec 18 EC
Aspire
Bamex 18 EC
Calebtin 18 EC
Demolish 18 EC
Kiliri 20 EC
Promectin 18 EC
Wito 4 EC
Fipronil Regent 0.3 G
Regent 50 SC
BPMC (fenobukarb) Baycarb 500 EC
Benhur 500 EC
Dharmabas 500 EC
Emcindo 500 EC
Hopcin 50 EC
Karbasin 500 EC
Pentacarb 500 EC
Sidabas 500 EC
Karbaril Indovin 85 SP
Sandovin 85 WP
Sevin 85 S
Karbofuran Dharmafur 3 G
Furadan 3 G
Hidrafur 3 G
Petrofur 3 G
Primafur 3 G
Trufer 3 G
Karbosulfan Marshal 5 G
Marshal 25 ST
Marshal 200 EC
Marshal 200 SC
Merkaptodimetur Mesurol 50 WP
MIPC (isoprokarb) Ancin 50 WP
Mipcinta 50 WP
Kartap hidroklorida Kardan 50 SP
Padan 50 SP
Metomil Lannate 25 WP
Lannate 40 SP
Metindo 25 WP
Myltop 25 WP
Tiodikarb Larvin 75 WP
Dimehipo Bajaj 450 WSC
Dipho 290 AS
Manuver 400 WSC
Spontan 400 WSC
Vista 400 WSC
Imidakloprid Avidor 25 WP
Abuki 50 SL
Amirid
Caleb tsan 28 EC
Confidor 5 WP
Confidor 200 SL
Delouse 200 SL
Imidasal 10 WP
Imidor 50 SL
Neptune 25 WP
Winder 100 EC
Wingran 0,5 G
Asefat Dafat 75 SP
Lancer 75 SP
Orthene 75 SP
Dimetoat Danadim 400 EC
Dimacide 400 EC
Kanon 400 EC
Fention Lebaycid 400 EC
Formotion Elsan 60 EC
Triazofos Raydent 200 EC
Malation Fyfanon 440 EC
Profenofos Biocron
Curacron 500 EC
Callicron 500 EC
Detacron 500 EC
Pentacron 500 EC
Profile 430 EC
Rumba 500 EC
Tabard 500 EC
Karbosulfan Taurus 200 EC
Diazinon Diazinon 60 EC
Sidazinon 600 EC
Klorfenapir Rampage 100 EC
Rampage 100 SC
Poksim Catleya 500 EC
Fokker 500 EC
Destan 400 EC
Metidation Supracide 25 WP
Klorpiripos Basban 200 EC
Clobber 200 EC
Dursban 20 EC
Kresban 200 EC
Nurelle D 500/50 EC
Posban 200 EC
Alfa sipermetrin Amethyst 40 EC
Army
Bestox 50 EC
Cyborg 15 EC
Fastac 15 EC
Kejora 15 EC
Beta sipermetrin Beta 15 EC
Chix 25 EC
Beta siflutrin Buldok 25 EC
Raydock 28 EC
Bifentrin Talstar 25 EC
Deltametrin Decis 2,5 EC
Marcis 25 EC
Naichi 25 EC
Oscar 25 EC
Esfenvalerat Sumialpha 25 EC
Fenvalerat Fenkill 200 EC
Sidin 50 EC
Fenpropatrin Meothrin 50 EC
Permetrin Meriam 50 EC
Methrisida 100 EC
Pounce 20 EC
Pentatrin 20 EC
Prego 20 EC
Sipermetin Arrivo 30 EC
Arfo 30 EC
Astertrin 250 EC
Basma 200 EC
Bravo 50 EC
Crowen 113 EC
Cyrux 50 EC
Cypermax 100 EC
Exocet 50 EC
Hoky 30 EC
Merci 30 EC
Nurelle D 500/50 EC
Pelle 50 EC
Ripcord 5 EC
Rizotin 100 EC
Rizotin 40 WP
Sancord 50 EC
Sidamethrin 50 EC
Yasithrin 30 EC
Zeta sipermetrin Fury 50 EC
Asetamiprid Amsipilan 20 SP
Mospilan 30 EC
Gamma sihalotrin Proaxis 15 CS
Lamda sihalotrin Granat 25 EC
Hamador 25 EC
Matador 25 CS
Rolidor 25 EC
Trigon
Buprofezin Applaud 100 EC
Applaud 10 WP
Diafentiuron Pegasus 500 SC
Bensultap Bancol 50 WP
Siromazin Cyrrotex 75 SP
Trigard 75 WP
Guntur 75 WP
Tiametoksam Actara 25 WG
Diflubenzuron Solano 25 WP
Flufenoksuron Cascade 50 EC
Lufenuron Match 50 EC
Spinosad Tracer 120 SC
Bacillus thuringiensis Agrisal WP
Bactospeine WP
Dipel WP
Florbac FC
Thuricide HP
Turex WP
Metaldehida Siputox 5 G
Fentin asetat Debesttan 60 WP
Kadusapos Rugby 10 G
Brodifakum Klerat RM-B
Petrokum 0,005 RB
Kumatetralil Racumin
SURFAKTAN
Alkyl aril poliglikol eter Agristick 400 L
Citowett 105 AS
Minyak paraffin HVI 650 Tenac Sticker
Poli oksi etilen alkyl eter Besmor 200 AS
Nonil fenol poli glikol eter Sanvit 120 AS
Nonil fenol etoksietanol Multistick 400 AS
Alkyl aril polietoksi Dustik 210/210 E
alcohol, polietil akrilat
alkyl aril alkoksilat, Apsa 800 WSC
asam oleat
alkyl aril poliglikol ester Sellestol
ZAT PENGATUR TUMBUH
Etefon Ethrel 10 LS
Ethrel 2,5 LS
Prothepon 480 SL
Paklobutrazol Cultar 250 SC
Goldstar 250 EC
Asam gibbrellat Bigest 40 EC
Gibgro
Progibb 20 SL
Natrium orto nitrofenol Atonik 6,5 L
Natrium 5 nitroguaiakol Dekamon 22,43 L
Langganan:
Postingan (Atom)